Laman

Rabu, 16 Januari 2013

7 Years Love ( fanfiction )




Author        :: ichiyuki8492
Tittle           ::  7 Years Love
Length        :: oneshoot
Genre          :: Friendship, Romance (?)
BackSound :: (Super junior) Yesung – It has to be you
                        Noh Min Woo – Trap
                        G.Na – Kiss Me
                        (Sistar) SoYu – Should I confess
Main Cast ::
·         Kim Jong Woon (super junior)
·         Shin Sol Ki
Other cast ::
·         Oh Hye Rin (Afterschool)
·         Kang Sora
·         Moon Geun Young
·         Yong JunHyung (B2st)
·         More…


Aku benar benar tak tau dan bingung dengan apa yang pertama harus aku lakukan dan aku bicarakan. Kubiarkan namja itu berdiri menunggu ku, meskipun sebenarnya aku merasa tak enak memperlakukannya seperti itu. Ketiga temanku yang seolah mengerti dengan posisiku kemudian mencari alasan untuk pergi dan membiarkan aku bersama namja yang sedari tadi kami tunggu-tunggu. Setelah ketiga temanku menghilang ditengah orang banyak, aku pun berbalik melangkah menuju namja yang terlihat sudah gelisah menunggu ku. Sesekali kutebarkan pandangan ke sekelilingku melihat orang-orang yang lalu lalang di sekitar tempat kami berdiri. Perlahan perasaan gugup mulai menyelimuti nyali ku menyadari suasana yang begitu ramai, karena saat ini kami tengah berada di lantai dasar sebuah Mall. Akhirnya, dengan sisa semangat dan keyakinan yang sudah ku persiapkan sejak sebulan yang lalu, aku menarik nafas panjang dan membenarkan posisi berdiriku.

Mataku menatap lurus kedalam bola mata namija yang sekarang berdiri tegak di hadapanku.
“Sebenarnya ada apa? Kenapa kau mengajakku bertemu malam ini…” namja itu mulai tak sabar mengetahui kenapa aku memintanya datang ke Mall ini di saat hari Valentine.

“Aahh… aku… begini… hmmm…” seharusnya bukan itu kata-kata yang keluar dari mulutku. Tapi kenapa otak dan mulutku tak singkron begini. Aku kembali mengalihkan pandanganku, otakku berfikir keras kata-kata apa yang pas untuk menyampaikannya. Terlintas di fikiranku supaya mengungkap kannya saja setelah itu aku memberinya coklat dan kemudian pergi dari hadapannya, tapi hatiku berkata lain. Ungkapkan dan jalankan rencana yang sudah ku atur sejak sebulan yang lalu.

“Katakan cepat… ada apa…?? Aku buru-buru, ada yang harus kukerjakan lagi.” tambahnya sedikit memaksa. Aku kembali menarik nafas yang dalam, dan dengan perlahan aku mulai mengatakannya.
“Kim Jong Woon, sebenarnya aku menyukaimu…” ucapku hati-hati sambil meremas jemari tanganku sendiri. Kulihat ia tertawa dan aku pun tersenyum penuh ragu namun tak sedikitpun mengurangi rasa gugupku.

“Hahaha… gomawo… lalu?” ujarnya yang membuatku mulai merasa punya keberanian lagi untuk berbicara.

“ Apa kau mau menerimaku…?” tanyaku dengan senyum yang masih mengembang di bibirku. Aku mengamati wajahnya yang tengah menatapku. Aku tak tau apa yang ada di dalam fikirannnya bibirnya masih terus tersenyum dengan pandangan yang tak lepas dari wajahku, namun sorot matanya seakan ingin cepat-cepat mengatakan apa yang sedang ia fikirkan. Ekspresi yang ia tampilan di hadapanku benar benar membuatku bingung, terlebih otakku saat ini sepertinya sudah blank karena gugup.

Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku menyatakan cinta pada seorang namja yang tak lain adalah temanku sejak kecil. Entah mulai kapan aku menyukai namja yang bernama Kim Jong Woon itu, yang pasti ku sadari perasaan itu sudah ada saat kami masih sama-sama duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, 7 tahun yang lalu karena saat ini kami sudah kuliah tahun ketiga. 

#FLASHBACK

Aku mengayuh santai sepedaku menuju sekolah, sambil sesekali bernyanyi atau mengomentari hal-hal yang menurutku aneh yang kutemui di sepanjang jalan.

“Hyaaa… telat..telat…” teriak seseorang dari arah belakang, kutoleh kepalaku menuju sumber suara. Sedetik kemudian  pemilik suara itu sudah melesat menyelipku dengan sepeda nya yang berkecepatan tinggi untuk ukuran sebuah sepeda yang sekilas tampak seperti sepeda rongsokkan.
Menyadari yang melintas itu adalah Jong Woon, akupun segera mengayuh sepeda tuaku lebih cepat untuk membalapnya. Aku tertawa terbahak setelah berhasil menyelipnya, tapi ia tak mau kalah dan kemudian menyelipku kembali. Seperti biasa, bila kami tak sengaja bertemu di tengah jalan saat berangkat sekolah maka kami akan balapan untuk duluan sampai kesekolah.

“Shin Sol Ki… kamu terlambat lagi… hari kan jadwal piket mu membersihkan kelas, kenapa malah terlambat…” sungut Bo Ram, teman sekelasku yang juga teman piket ku hari ini.

“Mianhae…” teriakku disertai tawa sambil melepaskan tasku dan meletakkannya didalam laci meja.

“Aku sudah menyapu kelas dan mengelap kaca, selebihnya kau dan Jong Woon yang menyelesaikan…” titahnya padaku dan sekilas melirik Jong Woon yang baru masuk kedalam kelas. Jong Woon yang merasa namanya disebut lantas menatap kearah aku dan Jeon Bo Ram.

Wae??” Tanya Jong Woon sembari meletakkan tas nya diatas meja.

“Lupa kalau hari ini tugas piket?” Bo Ram bertanya balik pada Jong Woon.

Arasho…” Jong Woon melangkah menuju papan tulis untuk menghapus tulisan dan coretan didalam papan tulis tersebut. Jeon Bo Ram melangkah keluar kelas, sedangkan aku mulai merapikan meja dan kursi.

“wah… Kim Jong Woon, gantungan tas mu bagus sekali. Berikan satu untukku…” pintaku saat aku melihat tasnya yang tergeletak diatas meja dengan dua buah gantungan tas unik dari catalis dan didalamnya ada binatang yang sudah di keringkan. Gantungan yang satu berwarna merah bening dengan seekor kalajengking kecil di tengah nya, sedangkan gantungannya yang lain berwarna kuning bening dengan seekor kupu-kupu didalamnya.

“Enak saja… aku baru membelinya, dan ini mahal. Kau tau?” ujarnya sembari meraih tasnya dan memasukkan kedalam laci mejanya.

“Aiisshh… pelit… kau kan punya dua. Berikan satu untukku…” rengekku tapi dia tak mengacuhkan malah kembali membantu merapikan meja dan kursi. Aku memandangnya jengkel dan kecewa. Tak berapa lama satu persatu teman sekelasku mulai berdatangan memasuki kelas.

“Ciyeeee… berduaan saja di kelas, apa kalian pacaran…?” goda seorang temanku di sambut godaan dari teman yang lain.

aiisshh… kenapa mereka selalu berbicara begitu. Apa mereka tak bosan mengejek kami? Lagipula kami sudah berteman sejak sekolah dasar, apa salahnya bila berduaan saja? Apa yeoja dan namja yang berteman akrab itu disebut pacaran? Masih SMP saja sudah memikirkan soal pacaran…” omelku dalam hati sambil duduk di tempat dudukku. Entah dapat ilham dari mana teman-teman sekelasku punya pikiran bahwa aku dan Jong Woon berpacaran. Hanya karena aku dan Jong Woon terlihat dekat dan akrab. Padahal kami tak pernah akur, kami selalu saling ejek dan bahkan sikapnya usil padaku. Akupun tak mau kalah, bila ada kesempatan maka aku akan membalas keusilannya. Dan sikap kami yang seperti itu mereka katakan pacaran? Parahnya lagi, mereka sudah mulai membuat gossip itu setahun yang lalu sejak kami masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Tapi, entah kenapa lama-lama aku menyukai gossip itu. Apakah jangan-jangan aku menyukai Jong Woon?

Andwae..! aku tak boleh suka pada Jong Woon. Dia temanku, kami sudah berteman sejak kecil. Tak mungkin aku menyukainya.”  Hatiku berkata begitu setahun yang lalu, tapi nyatanya sekarang aku masih menyukainya. Aku sudah berusaha menepis perasaanku tapi, terkadang aku tak suka bila dia dekat dengan yeoja lain Aku tak tau bagaimana perasaan dia padaku, karena aku masih tak mengerti tentang dunia percintaan dan masih belum saatnya untuk memikirkan hal seperti itu. Apa lagi sekarang kami sudah kelas 3 SMP, harus benar-benar fokus pada ujian kelulusan.

                                                     ***

Terik sinar matahari siang membuat nyali ku menciut untuk keluar dari area bayangan parkiran sepeda. “aahhh… kenapa tadi lupa bawa jaket? Sialan…” umpat ku dalam hati yang malah membuat lambung dan kerongkonganku makin mengering karena kelaparan dan kehausan. Kulihat beberapa siswa dan siswi lain yang dengan santai berlenggang tanpa jaket atau topi di bawah radiasi matahari yang begitu menyengat. Aku sudah cukup kering untuk berjemur seperti itu, apa lagi tanpa jaket seperti ini.

“Shin SolKi” seseorang memanggil namaku. Aku mencari sumber suara yang begitu familiar tersebut. “oh… Ham Eun Jung, wae ?” tanyaku setelah mengetahui Eun Jung yang memanggilku tadi.

“Kenapa belum pulang?” ia menghampiriku lalu duduk di boncengan sepeda milikku.

“Hari nya panas, dan aku lupa membawa jaket. Kau sendiri?” aku balik bertanya

“Aku masih menunggu jemputan…” jawabnya, aku mengangguk sembari menyeka keringat ku yang mulai muncul di ujung pelipis ku. “Apa kau melihat Moon Geun Young dan Jung So Min? Tanya ku lagi

“Mereka sudah pulang duluan dari tadi. Memangnya kenapa?” Eun Jung melihatku

“Aaiiisshh… padahal aku ingin pulang bareng mereka…” jawabku sambil mencari tempat untuk duduk.

“Mereka bilang ingin ke Mall, soalnya mau beli hadiah untuk hari Valentine” ucapnya yang membuat aku mengernyitkan alisku. “Valentine?” tanyaku meyakinkan.

“Iya… dua hari lagi kan Valentine’s day. Aku juga mau cepat-cepat pulang supaya bisa membeli kado juga…” ujar Eun Jung penuh semangat, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang berseri.

“Apa kau sudah mempersiapkan kado juga?” Tanya nya di balik senyum.. Aku hanya tertawa garing mendengar pertanyaan Eun Jung. Jangankan menyiapkan kado, aku malah lupa tanggal berapa hari Valentine itu. Belum sempat aku menjawab, sebuah suara klakson mobil terdengar dari luar gerbang. Aku dan Eun Jung bersamaan menoleh kearah Gerbang sekolah.

“Ahh… itu jemputanku sudah datang. Aku duluan ya… Annyeong” Eun Jung segera beranjak dari duduknya setelah mengetahui yang datang adalah mobil jemputannya. Aku mengangguk dan melambaikan tangan padanya. Kulihat ia berlari kecil menuju mobil itu dan masuk kedalamnya.

Aku menghela nafas. Kulihat disekelilingku, masih ada beberapa buah sepeda yang masih terparkir, dan beberapa gerombolan murid masih betah duduk santai di pinggir koridor sekolah. Aku pun memutuskan untuk pulang dan menjalankan sepedaku karena sinar matahari mulai terhalang awan.

Di pertengahan jalan tiba-tiba aku merasa sesuatu mengenai bagian belakang sepedaku. Aku menoleh dan melihat Jong Woon sudah berada dibelakangku sambil memegang tempat duduk belakang sepedaku. “Nahh… begini kan enak. Jadi tak repot mengayuh…” ujarnya 

“Aaiiisshh… Kebiasaan… Jalankan sepedamu sendiri. Sepedaku jadi oleng dan berat,nih.” Keluhku sambil menahan sepedaku yang sedikit oleng agar tak terjatuh.

“Ahhh… Aku lelah” ujarnya santai. Aku cuma diam sambil mengayuh sepedaku yang bertambah berat. Aku melihat sebuah warung kecil di pinggir jalan, mendadak ide cemerlangku muncul.

“Hyaa, Jong Woon. belikan aku air. Aku haus. Kau kan sudah menumpang di sepedaku, paling tidak kamu belikan aku air.” Aku tersenyum licik tanpa menoleh padanya. Tanpa disangka ia setuju dan mengajakku berhenti di warung kecil itu. Aku menghentikan sepedaku dan menatapnya penuh tanda tanya, kenapa dia bisa mendadak menjadi baik seperti ini? Biasanya dia paling tega melihat ku sengsara. Atau jangan-jangan dia sudah punya akal yang lebih licik dariku lagi, misalnya dia malah memintaku yang membayar minumannya.

“Kamu serius…?” tanyaku mencoba meyakinkan sebelum kami masuk ke dalam warung itu.

“Ayo…” ajaknya yang sudah duluan masuk. Aku segera mengikutinya. “Kau mau yang mana?” tawarnya sembari mengambil minuman yang tersedia . Aku mengambil minuman yang ku mau namun dengan pandangan yang penuh curiga. Ia merogoh saku celana seragam sekolahnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan kemudian menyerahkannya kepada pemilik warung tersebut. Aku masih tak percaya dia mau membelikan aku minuman.

“Aku duluan” ujarnya seraya berbalik menuju sepedanya dan mulai menjalankan sepedanya. Aku masih berdiri terpaku memandangnya yang mulai menjauh. Aku keluar dari warung tersebut, sebenarnya aku masih ingin bersama dia meskipun hanya sampai pertigaan jalan karena rumah kami berbeda arah. Tapi tak apa, aku sudah cukup senang ia mau membelikanku minuman.

***

Kedua tanganku memegang sebuah kotak kecil seukuran kotak sabun mandi tapi agak besar sedikit *whatever sama ukuran kotaknya,abaikan aja* dan berbungkus kado berwarna merah dengan corak berbentuk hati. Kemudian kusodorkan pada Kim Jong Woon yang sudah berdiri di depanku.

“Gomawo…Shin Sol Ki” ujarnya dengan senyum yang mengembang menghiasi wajahnya. Aku pun tersenyum dan mengangguk senang karena pemberianku diterima oleh Jong Woon.

Hari ini tanggal 14 februari 2006 atau tepatnya dikenal sebagai Valentine’s Day aku memberikan sebuah kado valentine pertamaku pada seorang namja yang special di hatiku, karena tahun lalu aku tak sempat memberikannya kado valentine Meskipun pada dasarnya aku masih belum mengerti apa makna sebenarnya di hari Valentine ini, tapi aku ikut menebar kado pada orang-orang di sekitaku, apalagi tahun ini sudah ada seorang namja yang berhasil masuk kedalam hatiku. Dan dia adalah namja pertama yang kuberi hadiah.

Aku baru mempersiapkan kado itu kemarin. Aku bingung harus memberi apa padanya karena aku tak pernah memberi kado pada namja. Akhirnya kuputuskan untuk memberinya sebuah music box mini berbentuk hati yang bertaut. Aku suka mendengar suara yang dikeluarkan music box itu ketika tutup atas nya di buka, dentingan music Boulevard yang indah. Semoga ia juga menyukai music ini. Aku membungkus music box itu beserta sebuat coklat berukuran mini juga.

Aku sama sekali tak mengharapkan dia juga menyiapkan kado valentine untukku, dan itu terbukti karena ia tak memberikan apapun padaku di hari valentine ini. Sedikit kecewa, tapi aku tetap ikhlas dan tulus memberi kado itu padanya.

Keesokkan harinya saat mata pelajaran terakhir sudah berakhir, aku terkejut karena Jong Woon memberiku sebuah kotak berbungkus kado. Ukurannya 4 kali lebih besar daripada kotak yang kuberikan padanya kemarin. Aku senang. Teramat sangat senang sekaligus bingung. Aku senang karena ia memberiku kado Valentine, tapi aku bingung bagaimana membawa nya pulang karena ukurannya yang besar sedangkan tasku sudah penuh oleh buku-buku pelajaran.

“Buka disini saja, SolKi… daripada kau berat membawanya dalam tasmu. Lagi pula kami penasaran apa isinya…” Moon Geun Young mencoba menghasutku supaya membuka kado itu sekarang.
“Iya… buka sekarang…” Jung So Min dan Kim Jung Ah mendukung usul Geun Young. Aku kebingungan. Aku berjalan kearah pintu kelas dan melihat Jong Woon sudah bersama teman- temannya di dekat gerbang sekolah. Aku kembali masuk dan duduk dikursiku. Ke tiga sahabatku berdiri di sekelilingku menunggu aku untuk membuka kado itu. Akhirnya perlahan aku merobek bagian tepi kertas kado itu dan membuka nya. Surprise!!

Aku, Jung Ah, Geun Young dan So Min serentak menjerit histeris begitu melihat isi kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah boneka Bear putih yang memegang bantal merah bertuliskan I love you, lalu sebatang coklat berukuran besar, dan sebuah gantungan kunci kupu-kupu yang pernah ku minta dulu dan sekarang ia memberikannya.

“Hyaaa… Sol Ki. Kau beruntung sekali…” komentar Jung Ah di sertai anggukkan Geun Young dan So Min. Aku tersenyum bahagia sambil memegang ketiga benda itu di tanganku.

“Yaa… ada suratnya juga…” Geun Young segera mengambil lipatan kertas yang ada di dasar kotak. 

“Waahh… ucapan selamat Valentine’s day…” ujar nya lagi setelah melihat isi kertas itu. Jung Ah dan So Min penasaran dan ikut melihat tulisan yang ada di kertas hvs putih itu.

“Keren… di ketik menggunakan computer dan ia mencantum kan namanya juga di sini…” komentar Jung Ah memperlihatkan kertas itu padaku, Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum senang dan kembali melihat pemberian Jong Woon.

“Dia kebingungan memilih hadiah untukmu kemarin…” seorang namja buka suara setelah melihat aku membongkar kado itu. “Aku yang ikut menemaninya memilih kado itu…” ujar Kim Jae Joong, teman dekat Jong Woon. Aku hanya diam mendengar ucapannya sambil sesekali mengamati barang-barang pemberian Jong Woon. aku melihat sebuah lipatan kertas di sela bungkus coklat yang kuterima, aku mengeluarkannya dan ternyata sebuah surat lagi. Tapi kali ini menggunakan kertas dari buku tulis dan ditulis dengan tangan. Aku membuka dan membaca isi surat itu, ketiga sahabatku juga ikut membacanya tapi buru-buru aku melipatnya kembali dan memasukkannya kedalam saku baju seragamku sebelum aku selesai membaca surat itu. Dan ketika sudah sampai dirumah baru aku membacanya dengan seksama.

pasanglah gantungan kunci kupu-kupu ini ditasmu,
agar aku dapat melihatnya setiap saat.
janganlah kau hina kotak pemberianku ini.
pemberian seseorang tidak dilihat dari dalam dan luarnya,
tetapi pemberian seseorang dilihat dari ketulusan seseorang itu memberi. Semoga kau senang dengan apa yang aku berikan ini kepadamu..
Sorry, telat sehari karena kemari……. Ada aza….”

HAPPY VALENTINE

PUISI :                                               Karya : Kim Jong Woon
CINTA
Bila cinta datang, tak kuasa ku menahan
Bila cinta telah tiada, ku pergi ‘tuk selamanya
Mungkinkah cinta, dapat membuatku gila
Mungkinkah cinta, dapat membuat hatiku terluka
Ataukah cinta, dapat pula membuatku bahagia
          Cinta terdapat pada setiap manusia
          Termasuk diriku
          Cinta dapat pergi selamanya bila kau
          telah menyakiti dirinya. 

                                                   ***

Upacara kelulusan pun dirayakan. Ujian nasional telah kami lewati dengan sukses, bahkan aku dan Jong Woon masuk dalam peringkat 3 besar. Ada rasa bahagia, bangga dan juga sedih karena  kami harus berpisah. Tak mungkin kami satu sekolah lagi. Dan memang benar, sekolah kami akhirnya terpisah. Kudengar ia masuk kesekolah favorit di kota kami, dan aku hanya masuk sekolah biasa.
Setahun lebih aku dan Jong Woon berpisah dan tak ada kabar sama sekali serta kegiatan sekolah yang lumayan padat membuatku sedikit melupakan dirinya, ditambah ada seorang namja yang sedang dekat dengan ku. Namja  itu menyatakan perasaannya padaku, dan memintaku menjadi yeojachingu-nya. Tapi aku terpaksa menolaknya, karena sahabatku Moon Geun Young yang mengatakan bahwa wajahku mirip dengan wajah mantan yeojachingu-nya.

“Berani sekali murid baru itu menyatakan cinta nya padamu…” protes Kang Min Kyung begitu aku selesai menceritakankan bahwa ada seorang namja yang menyukaiku.

“Hyaa… Sol Ki, Noh Min Woo berkata begitu karena kau mirip dengan mantan nya. Apa kau tak tau?” tukas Moon Geun Yong menatapku serius. Aku menggeleng.

“Dari mana kau tau?” aku balik bertanya.

“Dia sendiri yang mengatakannya padaku.” Jawab Geun Young, aku menatapnya heran.

“Kenapa kau bisa tau? Bukankah dia baru masuk minggu lalu ke kelas IPS.” Tanya Min Kyung yang juga memiliki pikiran yang sama denganku.

“Dia itu teman dari namjachingu-ku.”

Aku mengangguk mengerti, lalu kami kembali masuk kelas karena lonceng masuk sudah berbunyi.
Terkadang ada pikiranku untuk menerima cinta Noh Min Woo yang sudah berulang kali memintaku menjadi yeojachingu-nya. Tapi, hatiku berat untuk berkata “Ya”, apa mungkin karena aku tertarik pada seorang namja lain, yang merupakan adik tingkatku disekolah.

“noona, mau kuantar pulang” Yong Junhyung menawarkan dirinya untuk mengantarku pulang.

“mianh… aku ada janji dengan Kang Min Kyung dan Moon Geun Young, kami mau pergi ketoko buku dulu nanti” ujar ku menolak ajakan JunHyung. Ia mengangguk,
“oh… kalau begitu, lain kali mau ya aku antar pulang,noona…  Aku pulang duluan, annyeong…” ujarnya sembari melambaikan tangannya dan berlari menuju gerbang sekolah.

 “akhir-akhir ini kulihat kau dekat dengan anak itu?” tegur Min Kyung yang membuat ku terkejut tapi sedetik kemudian aku tersenyum malu.

“hyaaa… jangan bilang kau menyukainya…” tebak Geun Young yang ternyata sudah ada dibelakang kami berdua. Aku hanya tertawa dan segera mengalihkan topik pembicaraan dengan mengajak mereka segera berangkat ke toko buku.

Keesokkan harinya, JunHyung menghampiri aku didepan kelas, ia kembali menawarkan untuk mengantarku pulang. Karena Geun Young dan Min Kyung sudah pulang duluan, akupun akhirnya mau ia antar pulang. Saat kami sedang menuruni tangga, JunHyung menghentikan langkahnya. Aku berbalik melihatnya yang tiba-tiba berhenti.

“Wae?” tanya ku bingung.

“noona. Apa kau mau jadi yeojachingu-ku?” ujarnya tiba-tiba. Aku terkejut sambil melihat disekitar, berharap tak ada siswa lain yang melihat.

“hyaa… kau bercanda…” ujarku tersenyum seraya berbalik dan melanjutkan langkahku. Ia berlari menghampiriku.

“aku serius,noona…” ujarnya lagi sembari menjajarkan langkahnya denganku. Aku tersenyum, “kalau begitu, beri aku waktu. Sekarang aku sedang tak bisa berfikir karena perutku lapar” ujarku setengah bercanda, tapi otakku masih memikirkan kata-katanya tadi. Ia mengangguk senang. Aku pun tersenyum sambil terus melangkah menuju gerbang sekolah, tapi netra ku melihat sosok yang sangat kukenal di dekat pintu gerbang.

“DEG…”

Aku menghentikan langkahku dan mataku terpaku pada sosok namja yang sedang asik ngobrol dengan Jae Joong. JunHyung menatapku bingung. “mianhae, JunHung. Kau pulang saja duluan. Ada sesuatu yang tertinggal” ucapku dan langsung berbalik kembali masuk kedalam gedung sekolah. Aku berlari masuk ke kelas, dan mencoba mengingat kembali siapa namja yang kulihat didepan sekolah tadi.

“Kim Jong Woon. kenapa kau tiba-tiba ada disekolahku? Protesku geram.

 Setelah beberapa saat, perlahan aku keluar dan berharap namja itu sudah tak berada ditempatnya tadi. Namja itu memang sudah tak di gerbang sekolah lagi, tapi berada di ujung koridor tempat aku berdiri. Aku jadi salah tingkah, dengan cepat aku berlari keluar dari sekolah.

Setelah bertahun tahun tak melihatnya, sekarang tiba-tiba ia hadir kembali dikehidupanku.

Teringat kembali seluruh kenangan bersamanya. Semua kenangan yang susah payah ku kubur dalam-dalam kini muncul kembali. Apa aku masih menyukainya?

JunHyung menagih janji ku beberapa hari yang lalu. Aku masih bingung mau menerimanya atau tidak. Setelah bertemu dengan Kim Jong Woon beberapa hari yang lalu, membuatku lupa bahwa JunHyung masih menunggu jawaban dariku. 

“mianhe, JunHyung…” ujarku seraya berlalu dari hadapannya.

“aarrgghh… kenapa aku tak menerima JunHyung? Padahal dia sudah baik denganku.. ahh, kenapa susah sekali mengatakan kata ‘YA’?” umpatku sambil mengacak-acak poniku dan menutup wajahku dengan bantal dan menghempaskan badanku diatas ranjang. Perlahan kututup mataku mencoba untuk segera terlelap, namun bayangan wajah jong woon kembali melintas dipikiranku. Ah, kenapa bayangan wajahnya muncul kembali. 

Aku berharap supaya tak bertemu dengannya selamanya. Tapi takdir berkata lain, kami bertemu kembali. Hingga lulus sekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi, kami masih bisa sesekali bertemu meskipun secara tak sengaja. Akhirnya aku putuskan untuk mengontrol perasaanku dan mulai menganggapnya hanya sebagai seorang teman biasa. Seharusnya ini kulakukan sejak dulu, karena dengan begini hatiku merasa lebih leluasa.

Dengan menganggap Jong Woon hanya sebagai teman biasa bukan lagi orang yang special dihatiku, kuharap aku bisa bersikap biasa karena sebelumnya aku sedikit grogi bila didekatnya. Dan sepertinya ini berhasil, kami kembali akrab meskipun tak seakrab saat sekolah dulu. Kami terkadang saling berkirim pesan, atau Facebook-an. 

                                                ***

Aku langsung terdiam, ketika Jong Woon meminta pertolonganku. Bukan karena merasa tak percaya dia bisa minta tolong padaku, tapi dia minta tolong untuk mencari info tentang seseorang yang sudah menganggu hubungan dia dan kekasihnya. Satu fakta yang baru kuketahui bahwa dia sudah memiliki yeojachingu, dan aku masih tak bisa terima kenyataan ini. Aku ragu untuk menolongnya karena berkaitan dengan yeojachingu-nya, hatiku merasa tak nyaman dan ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, aku sudah berjanji pada diriku agar melupakan perasaan yang kumiliki padanya. Akhirnya aku bersedia untuk menolongnya karena dia temanku, temanku sejak kecil.
Jong Woon memintaku untuk mencari info tentang seorang namja yang bernama Jang Hyun Seung karena Hyun Seung juga kuliah di universitas yang sama denganku. Aku mencoba mengingat seluruh temanku di kampus karena nama itu sudah tak asing ditelingaku.

“Jang Hung Seung? Itu bukankah nama adik tingkat kita sewaktu di SMA…?” 

“Sepertinya aku pernah mendengar nama Jang Hyun Seung di kampus kita, tapi aku lupa dia di Fakultas apa…”

“Kalau tidak salah, Jang Hyun Seung itu teman satu angkatan dengan kita, tapi beda Fakultas…”
Otakku jadi makin kacau mendengar berbagai jawaban teman-temanku saat kutanya “Apakah kenal dengan orang yang bernama Jang Hyun Seung?” bukannya membantu, jawaban dari mereka malah membuatku makin bingung. Beberapa hari aku masih kebingungan mencari orang yang bernama Jang Hyun Seung, meskipun satu angkatan tapi tidak mudah mencari satu orang diantara ratusan mahasiswa. Setelah hampir seminggu aku akhirnya ingat bahwa Hyun Seung memang teman satu angkatan tapi berbeda Fakultas dan kami pernah mengobrol bersama, tapi karena dia sering tak masuk kuliah membuat aku lupa dngannya. Dengan segera aku meraih handphone ku untuk menghubungi Jong woon dan memberitahu nya informasi tentang Hyun Seung yang aku ketahui.
Malam harinya Jong Woon kembali datang kerumahku untuk menceritakan semua alasan kenapa dia bisa berurusan dengan Hyun Seung dan kejadian yang menyangkut kekasihnya. Aku senang sekaligus sedih. Senang karena bisa membantunya dan yang pasti bisa melihatnya lagi, tapi juga merasa sedih. Entah kenapa hatiku merasa seakan tak rela dia sudah mempunyai kekasih. Tapi, lagi-lagi aku harus bisa terima bahwa inilah kenyataannya.

Sejak malam itu, kami tak pernah berhubungan dan bertemu lagi. Hingga beberapa bulan kemudian giliran aku yang meminta tolong padanya. Aku memintanya untuk membantuku menghadapi seorang fan-ku yang sudah meneror ku beberapa minggu belakangan ini. Dia pun menyanggupinya. Aku memang tak salah pilih untuk memilih siapa orang yang pantas untuk ku kagumi dan kusayangi, Kim Jong Woon memang benar-benar sempurna dimataku. Dia pintar, rajin, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan. Meskipun dia mempunyai yeojachingu tapi di tak ragu untuk menolong teman wanitanya. 

Rasa kagum inilah yang membuat aku sulit untuk melupakannya. Sosok Kim Jong Woon selalu melekat erat di hati dan pikiranku. Bila ada ungkapan yang mengatakan “Love is Blind” maka  sepertinya aku memang sudah buta. Aku tak mampu melihat cinta yang lainnya selain cintaku padanya, dan aku juga tak bisa melihat namja lain selain dia. Sudah banyak namja yang dekat denganku, tapi satu persatu kutolak karena tak satupun dari mereka yang sempurna seperti dia dimataku.

Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakannya, aku tak sanggup. Kenangan tentangnya selalu melintas dipikiranku dan terkadang bayangannya hadir dalam mimpiku yang membuat aku merindukannya. Rasanya aku ingin kembali ke saat-saat yang indah dulu, saat kami masih bersama. Saling mengejek dan menjahili satu sama lain. Tapi, pada saat aku terbangun dari tidurku aku tersadar bahwa waktu takkan pernah kembali. Karena kemarin adalah sebuah masa lalu, hari ini adalah kenyataan, dan besok adalah masa depan dan harapan.

Kemarin adalah masa lalu yang kuanggap sia-sia karena aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku pada Kim Jong Woon. Sejujurnya aku hanya ingin dia tahu bahwa aku menyayanginya. Hanya itu, dan aku tak berani berharap lebih karena itu sudah cukup bagiku. Namun, entah kenapa aku merasa syaraf di bibirku terputus ketika aku ingin mengatakannya. Keberanianku seakan hilang seperti debu yang tertiup angin saat aku ingin mengakuinya. Aku tak cukup kuat untuk menyatakan perasaanku padanya.

Akupun hanya bisa menunggu dan berharap dia datang kearahku, tapi dia sama sekali tak bergeming malah dia semakin jauh melangkah dariku. Aku bingung dan tak tau bagaimana lepas dari perasaan yang menjerat ini. Aku sudah menganggapnya sebagai teman biasa, tapi aku selalu merindukannya. Aku seperti orang bodoh yang hingga hari ini berharap pada sesuatu yang hampa.

                                                            ***

“Shin SolKi… ayo banguun… kau tau sudah jam berapa ini? Mana ada gadis seusiamu yang belum bangun jam segini... hyaa… cepat bangun SolKi-ya…” ibuku berteriak membangunkanku dari luar kamar. Aku mengeliatkan badanku lalu melirik jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kananku dengan mata setengah tertutup, pukul 06:57 AM. Masih cukup pagi, dan aku kembali merapatkan kelopak mataku yang masih terasa berat. Aku ingin memejamkan mataku sebentar lagi, paling tidak untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa nyawaku yang mungkin masih mencari jalan pulang ketubuhku, sementara itu otakku mulai bekerja dengan mengingat apa mimpiku tadi malam.

 Tapi ibuku tetap ngotot membangunkanku, “Hyaa… SolKi-ya… apa kau masih belum bangun juga?”
Aku membelalakkan mataku dan memandang lurus kearah langit-langit kamarku. Bukan suara ibu yang membuatku tiba-tiba terbangun seperti ini, tapi sebuah ide gila yang entah datang dari mana melintas di pikiranku. “ini benar-benar gila dan nekat” tukasku dalam hati. Pagi-pagi begini aku sudah memikirkan tentang Kim Jong Woon yang sudah lama tak bertemu dengannya. Bagaimana bisa ide gila itu muncul begitu saja, aku harus mengungkapkan perasaanku pada Kim Jong Woon pada saat valentine’s day sebulan lagi. Tak hanya itu, bisikan setan di pikiranku mengatakan bahwa dia juga harus memilih untuk menerima cintaku atau tidak.

andwae… aku tidak akan pernah melakukan hal se-nekat itu…” otakku kembali berfikir normal dan menolak ide gila itu terutama ide yang kedua. Tapi, hatiku ikut berbicara.

Ide ini tak sepenuhnya gila. Harapanku untuk tetap hidup Selama ini adalah aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Jong Woon. mungkin hari valentine nanti adalah satu-satunya kesempatan untukku mengakuinya. Aku sudah cukup dewasa, aku baru saja merayakan ulang tahun ke-20 ku beberapa hari yang lalu. Bila dihitung, waktu 7 tahun seharusnya bukan periode yang singkat untukku mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk mengungkapkannya. Sedangkan untuk ide gila yang kedua juga sepertinya bukan ide yang begitu buruk. Selama ini aku selalu menolak cinta dari namja yang berusaha mendekatiku, jadi tak ada salahnya bila kali ini aku yang ditolak. Atau bila aku beruntung, dia akan menerimaku…”

Otakku kembali mempertimbangkan ide-ide konyol itu. Sepertinya memang bukan ide yang terlalu buruk bagiku. Mungkin saja nanti kami takkan pernah bisa bertemu lagi untuk jangka waktu yang sangat lama. Meskipun kedengarannya gila, tapi kalau aku menolak ide ini kapan lagi aku harus mengungkapkannya. Apa harus kupendam selamanya seorang diri? Jika didunia ini berlaku yang namanya karma, maka aku akan mengambil karma itu lebih dulu sebelum karma itu menghampiriku. Karena selama ini secara tak sadar mungkin aku sudah menyakiti dan  melukai hati namja yang menyukaiku dengan menolak cinta mereka.

 Hatiku mulai bersemangat membayangkan bila ide itu benar-benar kulakukan. Selama kurang lebih sebulan aku kembali memikir dan menimbang ide-ide gila ini, tekatku sudah bulat. Aku harus melakukannya, apapun hasilnya nanti aku takkan pernah menyesalinya. Aku berjanji dalam hatiku, apa bila aku harus ditolak maka aku takkan menangis  karena bagiku sudah tak ada lagi hal yang harus ditangisi, meskipun sebenarnya aku hanya ingin dia tahu perasaanku saja. Dan juga aku harus berani berbicara langsung dihadapannya. 

Terkadang aku tersenyum geli bila mengingat ide-ide itu, tapi terkadang hatiku berdebar tak karuan. Pikiranku menjadi kacau. Aahhh… rasanya aku ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

                                                ***

Hari ini tanggal 14 febuari 2012. Kuharap persiapan selama sebulan sudah cukup bagiku untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaanku pada Kim Jong Woon.

Bersama ketiga temanku, aku melangkah masuk ke dalam Mall dengan perasaan berdebar, rasa gugup ku kembali menyeruak tapi kuusahakan untuk tetap tenang agar ketiga temanku tak merasa curiga denganku karena tak ada satu orangpun yang tau dengan ide gila yang ada di otakku ini.
Sesekali aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah medekati pukul 7. 

Kemarin aku menghubungi Jong Woon untuk datang ke Mall ini dan berjanji bertemu jam 7. Aku sengaja mengajaknya bertemu di Mall karena saat itu sedang diadakan acara Fasion Show, jadi aku bisa sedikit terhibur untuk menghilangi rasa gugupku.
 
Kami berempat berdiri dipinggir pagar di lantai 1 untuk melihat para peserta fasion show yang sedang beraksi di lantai dasar.

wae, beib?” tanya Oh Hye Rin yang heran dengan sikap ku yang seperti orang kebingungan. 

ah… aniyo… aku hanya sedang menunggu seseorang” jawabku sambil melihat disekelilingku.

nugu ?” Kang Sora ikut bertanya ketika mendengar jawabanku. Aku tersenyum “Lihat saja nanti kalau dia sudah datang.”

“apakah seorang namja?” tanya Hye Rin lagi, aku hanya mengangguk sembari mengalihkan perhatianku kearah peserta yang sedang tampil diatas panggung.

“Aku haus nih, kita cari minum dulu yuk di foodcourt..” ajak Sora. Aku dan Hye Rin mengangguk setuju, begitu juga dengan Hyeorin yang sedari tadi hanya diam. Kami pun beranjak dari tempat itu menuju kelantai 2. Aku melirik jam tanganku lagi, sudah lewat pukul 7. Seharusnya Jong Woon sudah datang, tapi aku tak melihat dia disela-sela orang banyak yang memenuhi Mall pada malam Valentine itu. Aku merogoh handphone-ku di dalam tas dan mencoba menelponnya tapi tak diangkat.

“hyaa.. mana namja yang mau datang itu?” tanya Hye Rin begitu kami sudah memesan minuman dingin. Aku menggeleng sembari menebarkan pandangan disekelilingku, berharap aku menemukan sosok yang kucari.

“coba kau hubungi dia…” usul Sora

“sudah, tapi tak diangkat…” ujarku kembali menekan tombol panggil di handphone-ku.

“memangnya dia siapa,sih? Apakah Lee Jong Hyun?” tanya Hye Rin yang mulai penasaran.

“bukan…” jawabku sambil menunggu panggilanku di jawab. Tak berapa lama Jong Woon menjawab telponnya, namun karena suasana yang ramai aku menjadi tak jelas mendengar suaranya.

Kami menuruni escalator kembali menuju tempat tadi, tapi Sora malah menyuruh kami ke belakang panggung dilantai dasar karena ia ingin bertemu dengan Park Sanghyun, kenalannya sekaligus penyelenggara acara Fasion show tersebut. Aku hanya mengikuti dari belakang dengan pandangan masih mencari sosok Kim Jong Woon.

Aku kembali menghubungi Kim Jong Woon, tapi tak diangkat. Kucoba untuk mengulangi nya lagi dan akhirnya diangkat. Dia bilang sudah di lantai 2, aku segera menengadah dan menemukan sosok yang kucari. Aku melambaikan tangan, berharap ia melihat aku yang sudah berdiri dilantai dasar. Akhirnya ia turun kembali.

Kulihat Sora, Hye Rin, dan Hyeorin sudah bersama Sanghyun, aku pun melangkah menghampiri mereka untuk mengatakan bahwa namja yang kutunggu sudah datang.

“kukira siapa, ternyata Kim Jong Woon…” komentar Hye Rin saat aku menunjuk kearah Jong Woon yang sedang menuruni escalator.

“yahh… ternyata orang lama…” Sora ikut berkomentar begitu melihat Jong Woon. aku hanya tersenyum kecut. Sora kembali berbicara dengan Sanghyun, sedangkan aku menarik Hye Rin kebelakang dan berbisik padanya tentang rencanaku hari ini. Ia berteriak dengan rasa tak percaya, Sora yang mendengar teriakan Hye Rin menjadi penasaran, dan ia juga melakukan hal yang sama ketika aku memberitahunya.

FLASHBACK END#

Aku memberinya sebuah pilihan dan inilah ide gila kedua ku yang sudah ku rencanakan sejak awal.

“bila kau terima aku, pegang tangan kananku. Tapi bila tidak….” Aku merogoh kedalam tasku dan mengambil sesuatu dari dalamnya. “ambil cokelat di tangan kiriku” sambungku lagi sembari menyodorkan kedua tanganku dihadapannya. Ia tersenyum.

“sebelumnya aku minta maaf. Aku merasa kita lebih baik berteman saja. Karena aku sudah memiliki yeojachingu dan aku tak ingin merusak hubunganku dengannya. Sekali lagi aku minta maaf…” ujarnya tenang dengan terus menatap mataku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena dia sudah memberikanku sebuah kepastian.

“semoga kau bisa menemukan seseorang yang lebih baik dariku” sambungnya lagi.

Aku hampir tak bisa berkata apa-apa lagi. “kalau begitu, kau ambil cokelat ini” ujar ku.

Awalnya ia menolak untuk mengambil cokelat itu dari tangan ku tapi dengan sedikit paksaan akhirnya dengan rasa ragu ia mengambil cokelat itu.

“terima kasih cokelatnya” ujarnya seraya pamit padaku.

“iya, terima kasih juga” jawabku kaku. Ia tersenyum padaku dan kemudian berbalik pergi menuju pintu keluar.

Aku membalas senyumnya dan juga segera beranjak pergi dari tempat itu untuk menyusul ketiga temanku tadi.

Hatiku lega, namun pikiranku sedikit kacau. Untuk beberapa saat ujung bibirku gemetaran karena senyum yang kupaksakan. Ada perasaan aneh yang merasuk dihatiku, tapi aku segera menepisnya dan kembali mengingat janjiku bahwa apapun yang terjadi, aku tak akan menangis. Aku bersyukur karena ia masih menganggapku sebagai teman. 

Aku masih menyunggingkan senyum hingga aku bergabung kembali bersama teman-temanku yang sedang asik berfoto ria. Sebenarnya masih banyak kata yang ingin kusampaikan pada Jong Woon, tapi sepertinya kata-kata itu sudah cukup untuk menggambarkan perasaanku padanya. Aku tulus menyayanginya tanpa berharap dia akan membalasnya. 

Aku tak akan menyesal telah mencintainya, dan semua yang telah terjadi akan kujadikan pengalaman berharga dalam hidupku. Dari sini aku memahami, bahwa mencintai tak harus saling memiliki. Meskipun terasa perih tapi dengan ketulusan hati semuanya akan terlihat indah, dan juga aku bisa merasakan bagaimana rasanya bila perasaan kita di tolak oleh seorang yang kita sukai. Mengajarkanku bagaimana menghargai perasaan orang lain dan mensyukuri apa yang ada.

“shin solki… bagaimana hasilnya?” tanya Hye Rin penasaran ketika aku menghampiri mereka.

“nanti akan aku ceritakan” jawabku sambil melihat Kang sora bersama Hyeorin sedang asik berpose didepan kamera.

Based on true story
====================================================================================
Nb: ini adalah FF pertama yang berhasil ku share di facebook aku, sebenarnya ada beberapa FF ku yang masih tersimpan rapi di folder laptopku tapi aku ragu (sebenarnya sih ga pede) untuk mem-publish nya. Dan aku (sedikit) terpaksa mem-publish FF ini karena desakkan (ingat janji) dari miss sloopy alias @yuan yi. Sekarang numpang di publish di blog nya mas Jeje. Maaf kalau alur nya cepat, dan bahasanya yang aneh. Maaf juga kalo ceritanya jelek. *bow bareng suami-yeppa*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar