Tittle :: 7 Years Love
Length :: oneshoot
Genre :: Friendship, Romance (?)
BackSound :: (Super junior) Yesung – It has to be you
Noh Min Woo – Trap
G.Na – Kiss Me
(Sistar) SoYu – Should I confess
Main Cast ::
·
Kim Jong
Woon (super junior)
·
Shin Sol
Ki
Other cast ::
·
Oh Hye
Rin (Afterschool)
·
Kang Sora
·
Moon Geun
Young
·
Yong
JunHyung (B2st)
·
More…
Aku benar benar tak tau dan bingung dengan apa yang
pertama harus aku lakukan dan aku bicarakan. Kubiarkan namja itu berdiri menunggu ku, meskipun sebenarnya aku merasa tak
enak memperlakukannya seperti itu. Ketiga temanku yang seolah mengerti dengan
posisiku kemudian mencari alasan untuk pergi dan membiarkan aku bersama namja yang sedari tadi kami
tunggu-tunggu. Setelah ketiga temanku menghilang ditengah orang banyak, aku pun
berbalik melangkah menuju namja yang
terlihat sudah gelisah menunggu ku. Sesekali kutebarkan pandangan ke
sekelilingku melihat orang-orang yang lalu lalang di sekitar tempat kami
berdiri. Perlahan perasaan gugup mulai menyelimuti nyali ku menyadari suasana
yang begitu ramai, karena saat ini kami tengah berada di lantai dasar sebuah
Mall. Akhirnya, dengan sisa semangat dan keyakinan yang sudah ku persiapkan
sejak sebulan yang lalu, aku menarik nafas panjang dan membenarkan posisi
berdiriku.
Mataku menatap lurus kedalam bola mata namija yang
sekarang berdiri tegak di hadapanku.
“Sebenarnya ada apa? Kenapa kau mengajakku bertemu
malam ini…” namja itu mulai tak sabar
mengetahui kenapa aku memintanya datang ke Mall ini di saat hari Valentine.
“Aahh… aku… begini… hmmm…” seharusnya bukan itu
kata-kata yang keluar dari mulutku. Tapi kenapa otak dan mulutku tak singkron
begini. Aku kembali mengalihkan pandanganku, otakku berfikir keras kata-kata
apa yang pas untuk menyampaikannya. Terlintas di fikiranku supaya mengungkap
kannya saja setelah itu aku memberinya coklat dan kemudian pergi dari
hadapannya, tapi hatiku berkata lain. Ungkapkan dan jalankan rencana yang sudah
ku atur sejak sebulan yang lalu.
“Katakan cepat… ada apa…?? Aku buru-buru, ada yang
harus kukerjakan lagi.” tambahnya sedikit memaksa. Aku kembali menarik nafas
yang dalam, dan dengan perlahan aku mulai mengatakannya.
“Kim Jong Woon, sebenarnya aku menyukaimu…” ucapku
hati-hati sambil meremas jemari tanganku sendiri. Kulihat ia tertawa dan aku
pun tersenyum penuh ragu namun tak sedikitpun mengurangi rasa gugupku.
“Hahaha… gomawo…
lalu?” ujarnya yang membuatku mulai merasa punya keberanian lagi untuk
berbicara.
“ Apa kau mau menerimaku…?” tanyaku dengan senyum yang
masih mengembang di bibirku. Aku mengamati wajahnya yang tengah menatapku. Aku
tak tau apa yang ada di dalam fikirannnya bibirnya masih terus tersenyum dengan
pandangan yang tak lepas dari wajahku, namun sorot matanya seakan ingin
cepat-cepat mengatakan apa yang sedang ia fikirkan. Ekspresi yang ia tampilan
di hadapanku benar benar membuatku bingung, terlebih otakku saat ini sepertinya
sudah blank karena gugup.
Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku menyatakan
cinta pada seorang namja yang tak lain adalah temanku sejak kecil. Entah mulai
kapan aku menyukai namja yang bernama Kim Jong Woon itu, yang pasti ku sadari
perasaan itu sudah ada saat kami masih sama-sama duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama, 7 tahun yang lalu karena saat ini kami sudah kuliah tahun
ketiga.
#FLASHBACK
Aku mengayuh santai sepedaku menuju sekolah, sambil
sesekali bernyanyi atau mengomentari hal-hal yang menurutku aneh yang kutemui
di sepanjang jalan.
“Hyaaa… telat..telat…” teriak seseorang dari arah
belakang, kutoleh kepalaku menuju sumber suara. Sedetik kemudian pemilik suara itu sudah melesat menyelipku
dengan sepeda nya yang berkecepatan tinggi untuk ukuran sebuah sepeda yang
sekilas tampak seperti sepeda rongsokkan.
Menyadari yang melintas itu adalah Jong Woon, akupun
segera mengayuh sepeda tuaku lebih cepat untuk membalapnya. Aku tertawa
terbahak setelah berhasil menyelipnya, tapi ia tak mau kalah dan kemudian
menyelipku kembali. Seperti biasa, bila kami tak sengaja bertemu di tengah
jalan saat berangkat sekolah maka kami akan balapan untuk duluan sampai
kesekolah.
“Shin Sol Ki… kamu terlambat lagi… hari kan jadwal
piket mu membersihkan kelas, kenapa malah terlambat…” sungut Bo Ram, teman
sekelasku yang juga teman piket ku hari ini.
“Mianhae…” teriakku disertai tawa sambil melepaskan
tasku dan meletakkannya didalam laci meja.
“Aku sudah menyapu kelas dan mengelap kaca, selebihnya
kau dan Jong Woon yang menyelesaikan…” titahnya padaku dan sekilas melirik Jong
Woon yang baru masuk kedalam kelas. Jong Woon yang merasa namanya disebut
lantas menatap kearah aku dan Jeon Bo Ram.
“Wae??”
Tanya Jong Woon sembari meletakkan tas nya diatas meja.
“Lupa kalau hari ini tugas piket?” Bo Ram bertanya
balik pada Jong Woon.
“Arasho…”
Jong Woon melangkah menuju papan tulis untuk menghapus tulisan dan coretan
didalam papan tulis tersebut. Jeon Bo Ram melangkah keluar kelas, sedangkan aku
mulai merapikan meja dan kursi.
“wah… Kim Jong Woon, gantungan tas mu bagus sekali.
Berikan satu untukku…” pintaku saat aku melihat tasnya yang tergeletak diatas
meja dengan dua buah gantungan tas unik dari catalis dan didalamnya ada
binatang yang sudah di keringkan. Gantungan yang satu berwarna merah bening
dengan seekor kalajengking kecil di tengah nya, sedangkan gantungannya yang
lain berwarna kuning bening dengan seekor kupu-kupu didalamnya.
“Enak saja… aku baru membelinya, dan ini mahal. Kau
tau?” ujarnya sembari meraih tasnya dan memasukkan kedalam laci mejanya.
“Aiisshh… pelit… kau kan punya dua. Berikan satu
untukku…” rengekku tapi dia tak mengacuhkan malah kembali membantu merapikan
meja dan kursi. Aku memandangnya jengkel dan kecewa. Tak berapa lama satu persatu
teman sekelasku mulai berdatangan memasuki kelas.
“Ciyeeee… berduaan saja di kelas, apa kalian pacaran…?”
goda seorang temanku di sambut godaan dari teman yang lain.
“aiisshh… kenapa
mereka selalu berbicara begitu. Apa mereka tak bosan mengejek kami? Lagipula
kami sudah berteman sejak sekolah dasar, apa salahnya bila berduaan saja? Apa yeoja
dan namja yang berteman akrab itu disebut pacaran? Masih SMP saja sudah
memikirkan soal pacaran…” omelku dalam hati sambil duduk di tempat dudukku.
Entah dapat ilham dari mana teman-teman sekelasku punya pikiran bahwa aku dan
Jong Woon berpacaran. Hanya karena aku dan Jong Woon terlihat dekat dan akrab.
Padahal kami tak pernah akur, kami selalu saling ejek dan bahkan sikapnya usil
padaku. Akupun tak mau kalah, bila ada kesempatan maka aku akan membalas
keusilannya. Dan sikap kami yang seperti itu mereka katakan pacaran? Parahnya
lagi, mereka sudah mulai membuat gossip itu setahun yang lalu sejak kami masih
duduk di bangku kelas 2 SMP. Tapi, entah kenapa lama-lama aku menyukai gossip
itu. Apakah jangan-jangan aku menyukai Jong Woon?
“Andwae..! aku
tak boleh suka pada Jong Woon. Dia temanku, kami sudah berteman sejak kecil.
Tak mungkin aku menyukainya.” Hatiku
berkata begitu setahun yang lalu, tapi nyatanya sekarang aku masih menyukainya.
Aku sudah berusaha menepis perasaanku tapi, terkadang aku tak suka bila dia
dekat dengan yeoja lain Aku tak tau
bagaimana perasaan dia padaku, karena aku masih tak mengerti tentang dunia
percintaan dan masih belum saatnya untuk memikirkan hal seperti itu. Apa lagi
sekarang kami sudah kelas 3 SMP, harus benar-benar fokus pada ujian kelulusan.
***
Terik sinar matahari siang membuat nyali ku menciut
untuk keluar dari area bayangan parkiran sepeda. “aahhh… kenapa tadi lupa bawa jaket? Sialan…” umpat ku dalam hati
yang malah membuat lambung dan kerongkonganku makin mengering karena kelaparan
dan kehausan. Kulihat beberapa siswa dan siswi lain yang dengan santai
berlenggang tanpa jaket atau topi di bawah radiasi matahari yang begitu
menyengat. Aku sudah cukup kering untuk berjemur seperti itu, apa lagi tanpa
jaket seperti ini.
“Shin SolKi” seseorang memanggil namaku. Aku mencari
sumber suara yang begitu familiar tersebut. “oh… Ham Eun Jung, wae ?”
tanyaku setelah mengetahui Eun Jung yang memanggilku tadi.
“Kenapa belum pulang?” ia menghampiriku lalu duduk di
boncengan sepeda milikku.
“Hari nya panas, dan aku lupa membawa jaket. Kau
sendiri?” aku balik bertanya
“Aku masih menunggu jemputan…” jawabnya, aku
mengangguk sembari menyeka keringat ku yang mulai muncul di ujung pelipis ku. “Apa
kau melihat Moon Geun Young dan Jung So Min? Tanya ku lagi
“Mereka sudah pulang duluan dari tadi. Memangnya
kenapa?” Eun Jung melihatku
“Aaiiisshh… padahal aku ingin pulang bareng mereka…”
jawabku sambil mencari tempat untuk duduk.
“Mereka bilang ingin ke Mall, soalnya mau beli hadiah
untuk hari Valentine” ucapnya yang membuat aku mengernyitkan alisku. “Valentine?”
tanyaku meyakinkan.
“Iya… dua hari lagi kan Valentine’s day. Aku juga mau
cepat-cepat pulang supaya bisa membeli kado juga…” ujar Eun Jung penuh
semangat, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang berseri.
“Apa kau sudah mempersiapkan kado juga?” Tanya nya di
balik senyum.. Aku hanya tertawa garing mendengar pertanyaan Eun Jung. Jangankan
menyiapkan kado, aku malah lupa tanggal berapa hari Valentine itu. Belum sempat
aku menjawab, sebuah suara klakson mobil terdengar dari luar gerbang. Aku dan
Eun Jung bersamaan menoleh kearah Gerbang sekolah.
“Ahh… itu jemputanku sudah datang. Aku duluan ya… Annyeong” Eun Jung segera beranjak dari
duduknya setelah mengetahui yang datang adalah mobil jemputannya. Aku
mengangguk dan melambaikan tangan padanya. Kulihat ia berlari kecil menuju
mobil itu dan masuk kedalamnya.
Aku menghela nafas. Kulihat disekelilingku, masih ada
beberapa buah sepeda yang masih terparkir, dan beberapa gerombolan murid masih
betah duduk santai di pinggir koridor sekolah. Aku pun memutuskan untuk pulang
dan menjalankan sepedaku karena sinar matahari mulai terhalang awan.
Di pertengahan jalan tiba-tiba aku merasa sesuatu
mengenai bagian belakang sepedaku. Aku menoleh dan melihat Jong Woon sudah berada
dibelakangku sambil memegang tempat duduk belakang sepedaku. “Nahh… begini kan
enak. Jadi tak repot mengayuh…” ujarnya
“Aaiiisshh… Kebiasaan… Jalankan sepedamu sendiri.
Sepedaku jadi oleng dan berat,nih.”
Keluhku sambil menahan sepedaku yang sedikit oleng agar tak terjatuh.
“Ahhh… Aku lelah” ujarnya santai. Aku cuma diam sambil
mengayuh sepedaku yang bertambah berat. Aku melihat sebuah warung kecil di
pinggir jalan, mendadak ide cemerlangku muncul.
“Hyaa, Jong Woon. belikan aku air. Aku haus. Kau kan
sudah menumpang di sepedaku, paling tidak kamu belikan aku air.” Aku tersenyum
licik tanpa menoleh padanya. Tanpa disangka ia setuju dan mengajakku berhenti
di warung kecil itu. Aku menghentikan sepedaku dan menatapnya penuh tanda
tanya, kenapa dia bisa mendadak menjadi baik seperti ini? Biasanya dia paling
tega melihat ku sengsara. Atau jangan-jangan dia sudah punya akal yang lebih
licik dariku lagi, misalnya dia malah memintaku yang membayar minumannya.
“Kamu serius…?” tanyaku mencoba meyakinkan sebelum
kami masuk ke dalam warung itu.
“Ayo…” ajaknya yang sudah duluan masuk. Aku segera
mengikutinya. “Kau mau yang mana?” tawarnya sembari mengambil minuman yang
tersedia . Aku mengambil minuman yang ku mau namun dengan pandangan yang penuh
curiga. Ia merogoh saku celana seragam sekolahnya dan mengeluarkan beberapa
lembar uang dan kemudian menyerahkannya kepada pemilik warung tersebut. Aku
masih tak percaya dia mau membelikan aku minuman.
“Aku duluan” ujarnya seraya berbalik menuju sepedanya
dan mulai menjalankan sepedanya. Aku masih berdiri terpaku memandangnya yang
mulai menjauh. Aku keluar dari warung tersebut, sebenarnya aku masih ingin
bersama dia meskipun hanya sampai pertigaan jalan karena rumah kami berbeda
arah. Tapi tak apa, aku sudah cukup senang ia mau membelikanku minuman.
***
Kedua tanganku memegang sebuah kotak kecil seukuran
kotak sabun mandi tapi agak besar sedikit *whatever sama ukuran
kotaknya,abaikan aja* dan berbungkus kado berwarna merah dengan corak berbentuk
hati. Kemudian kusodorkan pada Kim Jong Woon yang sudah berdiri di depanku.
“Gomawo…Shin Sol Ki” ujarnya dengan senyum yang
mengembang menghiasi wajahnya. Aku pun tersenyum dan mengangguk senang karena
pemberianku diterima oleh Jong Woon.
Hari ini tanggal 14 februari 2006 atau tepatnya
dikenal sebagai Valentine’s Day aku memberikan sebuah kado valentine pertamaku
pada seorang namja yang special di
hatiku, karena tahun lalu aku tak sempat memberikannya kado valentine Meskipun
pada dasarnya aku masih belum mengerti apa makna sebenarnya di hari Valentine
ini, tapi aku ikut menebar kado pada orang-orang di sekitaku, apalagi tahun ini
sudah ada seorang namja yang berhasil
masuk kedalam hatiku. Dan dia adalah namja
pertama yang kuberi hadiah.
Aku baru mempersiapkan kado itu kemarin. Aku bingung
harus memberi apa padanya karena aku tak pernah memberi kado pada namja. Akhirnya kuputuskan untuk
memberinya sebuah music box mini berbentuk hati yang bertaut. Aku suka
mendengar suara yang dikeluarkan music box itu ketika tutup atas nya di buka,
dentingan music Boulevard yang indah. Semoga ia juga menyukai music ini. Aku
membungkus music box itu beserta sebuat coklat berukuran mini juga.
Aku sama sekali tak mengharapkan dia juga menyiapkan
kado valentine untukku, dan itu terbukti karena ia tak memberikan apapun padaku
di hari valentine ini. Sedikit kecewa, tapi aku tetap ikhlas dan tulus memberi
kado itu padanya.
Keesokkan harinya saat mata pelajaran terakhir sudah
berakhir, aku terkejut karena Jong Woon memberiku sebuah kotak berbungkus kado.
Ukurannya 4 kali lebih besar daripada kotak yang kuberikan padanya kemarin. Aku
senang. Teramat sangat senang sekaligus bingung. Aku senang karena ia memberiku
kado Valentine, tapi aku bingung bagaimana membawa nya pulang karena ukurannya
yang besar sedangkan tasku sudah penuh oleh buku-buku pelajaran.
“Buka disini saja, SolKi… daripada kau berat
membawanya dalam tasmu. Lagi pula kami penasaran apa isinya…” Moon Geun Young
mencoba menghasutku supaya membuka kado itu sekarang.
“Iya… buka sekarang…” Jung So Min dan Kim Jung Ah
mendukung usul Geun Young. Aku kebingungan. Aku berjalan kearah pintu kelas dan
melihat Jong Woon sudah bersama teman- temannya di dekat gerbang sekolah. Aku
kembali masuk dan duduk dikursiku. Ke tiga sahabatku berdiri di sekelilingku
menunggu aku untuk membuka kado itu. Akhirnya perlahan aku merobek bagian tepi
kertas kado itu dan membuka nya. Surprise!!
Aku, Jung Ah, Geun Young dan So Min serentak menjerit
histeris begitu melihat isi kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah boneka Bear
putih yang memegang bantal merah bertuliskan I love you, lalu sebatang coklat
berukuran besar, dan sebuah gantungan kunci kupu-kupu yang pernah ku minta dulu
dan sekarang ia memberikannya.
“Hyaaa… Sol Ki. Kau beruntung sekali…” komentar Jung
Ah di sertai anggukkan Geun Young dan So Min. Aku tersenyum bahagia sambil
memegang ketiga benda itu di tanganku.
“Yaa… ada suratnya juga…” Geun Young segera mengambil
lipatan kertas yang ada di dasar kotak.
“Waahh… ucapan selamat Valentine’s day…”
ujar nya lagi setelah melihat isi kertas itu. Jung Ah dan So Min penasaran dan
ikut melihat tulisan yang ada di kertas hvs putih itu.
“Keren… di ketik menggunakan computer dan ia mencantum
kan namanya juga di sini…” komentar Jung Ah memperlihatkan kertas itu padaku, Lagi-lagi
aku hanya bisa tersenyum senang dan kembali melihat pemberian Jong Woon.
“Dia kebingungan memilih hadiah untukmu kemarin…”
seorang namja buka suara setelah
melihat aku membongkar kado itu. “Aku yang ikut menemaninya memilih kado itu…”
ujar Kim Jae Joong, teman dekat Jong Woon. Aku hanya diam mendengar ucapannya
sambil sesekali mengamati barang-barang pemberian Jong Woon. aku melihat sebuah
lipatan kertas di sela bungkus coklat yang kuterima, aku mengeluarkannya dan
ternyata sebuah surat lagi. Tapi kali ini menggunakan kertas dari buku tulis
dan ditulis dengan tangan. Aku membuka dan membaca isi surat itu, ketiga
sahabatku juga ikut membacanya tapi buru-buru aku melipatnya kembali dan
memasukkannya kedalam saku baju seragamku sebelum aku selesai membaca surat itu.
Dan ketika sudah sampai dirumah baru aku membacanya dengan seksama.
“ pasanglah
gantungan kunci kupu-kupu ini ditasmu,
agar aku dapat melihatnya setiap saat.
janganlah kau hina kotak pemberianku ini.
pemberian seseorang tidak dilihat dari dalam dan luarnya,
tetapi pemberian seseorang dilihat dari ketulusan seseorang itu memberi. Semoga kau senang dengan apa yang aku berikan ini kepadamu..
agar aku dapat melihatnya setiap saat.
janganlah kau hina kotak pemberianku ini.
pemberian seseorang tidak dilihat dari dalam dan luarnya,
tetapi pemberian seseorang dilihat dari ketulusan seseorang itu memberi. Semoga kau senang dengan apa yang aku berikan ini kepadamu..
Sorry,
telat sehari karena kemari……. Ada aza….”
HAPPY
VALENTINE
PUISI
: Karya
: Kim Jong Woon
CINTA
Bila
cinta datang, tak kuasa ku menahan
Bila cinta telah tiada, ku pergi ‘tuk selamanya
Mungkinkah cinta, dapat membuatku gila
Mungkinkah cinta, dapat membuat hatiku terluka
Ataukah cinta, dapat pula membuatku bahagia
Cinta terdapat pada setiap manusia
Termasuk diriku
Cinta dapat pergi selamanya bila kau
telah menyakiti dirinya.
Bila cinta telah tiada, ku pergi ‘tuk selamanya
Mungkinkah cinta, dapat membuatku gila
Mungkinkah cinta, dapat membuat hatiku terluka
Ataukah cinta, dapat pula membuatku bahagia
Cinta terdapat pada setiap manusia
Termasuk diriku
Cinta dapat pergi selamanya bila kau
telah menyakiti dirinya.
***
Upacara kelulusan pun dirayakan. Ujian nasional telah
kami lewati dengan sukses, bahkan aku dan Jong Woon masuk dalam peringkat 3
besar. Ada rasa bahagia, bangga dan juga sedih karena kami harus berpisah. Tak mungkin kami satu
sekolah lagi. Dan memang benar, sekolah kami akhirnya terpisah. Kudengar ia
masuk kesekolah favorit di kota kami, dan aku hanya masuk sekolah biasa.
Setahun lebih aku dan Jong Woon berpisah dan tak ada
kabar sama sekali serta kegiatan sekolah yang lumayan padat membuatku sedikit
melupakan dirinya, ditambah ada seorang namja
yang sedang dekat dengan ku. Namja itu menyatakan perasaannya padaku, dan
memintaku menjadi yeojachingu-nya.
Tapi aku terpaksa menolaknya, karena sahabatku Moon Geun Young yang mengatakan
bahwa wajahku mirip dengan wajah mantan yeojachingu-nya.
“Berani sekali murid baru itu menyatakan cinta nya
padamu…” protes Kang Min Kyung begitu aku selesai menceritakankan bahwa ada
seorang namja yang menyukaiku.
“Hyaa… Sol Ki, Noh Min Woo berkata begitu karena kau
mirip dengan mantan nya. Apa kau tak tau?” tukas Moon Geun Yong menatapku
serius. Aku menggeleng.
“Dari mana kau tau?” aku balik bertanya.
“Dia sendiri yang mengatakannya padaku.” Jawab Geun
Young, aku menatapnya heran.
“Kenapa kau bisa tau? Bukankah dia baru masuk minggu
lalu ke kelas IPS.” Tanya Min Kyung yang juga memiliki pikiran yang sama denganku.
“Dia itu teman dari namjachingu-ku.”
Aku mengangguk mengerti, lalu kami kembali masuk kelas
karena lonceng masuk sudah berbunyi.
Terkadang ada pikiranku untuk menerima cinta Noh Min
Woo yang sudah berulang kali memintaku menjadi yeojachingu-nya. Tapi, hatiku berat untuk berkata “Ya”, apa mungkin
karena aku tertarik pada seorang namja
lain, yang merupakan adik tingkatku disekolah.
“noona, mau kuantar pulang” Yong Junhyung menawarkan
dirinya untuk mengantarku pulang.
“mianh… aku ada janji dengan Kang Min Kyung dan Moon
Geun Young, kami mau pergi ketoko buku dulu nanti” ujar ku menolak ajakan
JunHyung. Ia mengangguk,
“oh… kalau begitu, lain kali mau ya aku antar
pulang,noona… Aku pulang duluan, annyeong…” ujarnya sembari melambaikan
tangannya dan berlari menuju gerbang sekolah.
“akhir-akhir
ini kulihat kau dekat dengan anak itu?” tegur Min Kyung yang membuat ku
terkejut tapi sedetik kemudian aku tersenyum malu.
“hyaaa… jangan bilang kau menyukainya…” tebak Geun
Young yang ternyata sudah ada dibelakang kami berdua. Aku hanya tertawa dan
segera mengalihkan topik pembicaraan dengan mengajak mereka segera berangkat ke
toko buku.
Keesokkan harinya, JunHyung menghampiri aku didepan
kelas, ia kembali menawarkan untuk mengantarku pulang. Karena Geun Young dan
Min Kyung sudah pulang duluan, akupun akhirnya mau ia antar pulang. Saat kami
sedang menuruni tangga, JunHyung menghentikan langkahnya. Aku berbalik
melihatnya yang tiba-tiba berhenti.
“Wae?” tanya ku bingung.
“noona. Apa kau mau jadi yeojachingu-ku?” ujarnya tiba-tiba. Aku terkejut sambil melihat
disekitar, berharap tak ada siswa lain yang melihat.
“hyaa… kau bercanda…” ujarku tersenyum seraya berbalik
dan melanjutkan langkahku. Ia berlari menghampiriku.
“aku serius,noona…” ujarnya lagi sembari menjajarkan
langkahnya denganku. Aku tersenyum, “kalau begitu, beri aku waktu. Sekarang aku
sedang tak bisa berfikir karena perutku lapar” ujarku setengah bercanda, tapi
otakku masih memikirkan kata-katanya tadi. Ia mengangguk senang. Aku pun
tersenyum sambil terus melangkah menuju gerbang sekolah, tapi netra ku melihat
sosok yang sangat kukenal di dekat pintu gerbang.
“DEG…”
Aku menghentikan langkahku dan mataku terpaku pada
sosok namja yang sedang asik ngobrol
dengan Jae Joong. JunHyung menatapku bingung. “mianhae, JunHung. Kau pulang
saja duluan. Ada sesuatu yang tertinggal” ucapku dan langsung berbalik kembali
masuk kedalam gedung sekolah. Aku berlari masuk ke kelas, dan mencoba mengingat
kembali siapa namja yang kulihat didepan sekolah tadi.
“Kim Jong Woon. kenapa kau tiba-tiba ada disekolahku?
Protesku geram.
Setelah
beberapa saat, perlahan aku keluar dan berharap namja itu sudah tak berada ditempatnya tadi. Namja itu memang sudah tak di gerbang sekolah lagi, tapi berada di
ujung koridor tempat aku berdiri. Aku jadi salah tingkah, dengan cepat aku
berlari keluar dari sekolah.
Setelah bertahun tahun tak melihatnya, sekarang
tiba-tiba ia hadir kembali dikehidupanku.
Teringat kembali seluruh kenangan
bersamanya. Semua kenangan yang susah payah ku kubur dalam-dalam kini muncul
kembali. Apa aku masih menyukainya?
JunHyung menagih janji ku beberapa hari yang lalu. Aku
masih bingung mau menerimanya atau tidak. Setelah bertemu dengan Kim Jong Woon
beberapa hari yang lalu, membuatku lupa bahwa JunHyung masih menunggu jawaban
dariku.
“mianhe, JunHyung…” ujarku seraya berlalu dari
hadapannya.
“aarrgghh… kenapa aku tak menerima JunHyung? Padahal
dia sudah baik denganku.. ahh, kenapa susah sekali mengatakan kata ‘YA’?”
umpatku sambil mengacak-acak poniku dan menutup wajahku dengan bantal dan
menghempaskan badanku diatas ranjang. Perlahan kututup mataku mencoba untuk
segera terlelap, namun bayangan wajah jong woon kembali melintas dipikiranku.
Ah, kenapa bayangan wajahnya muncul kembali.
Aku berharap supaya tak bertemu dengannya selamanya.
Tapi takdir berkata lain, kami bertemu kembali. Hingga lulus sekolah dan
melanjutkan ke perguruan tinggi, kami masih bisa sesekali bertemu meskipun secara
tak sengaja. Akhirnya aku putuskan untuk mengontrol perasaanku dan mulai
menganggapnya hanya sebagai seorang teman biasa. Seharusnya ini kulakukan sejak
dulu, karena dengan begini hatiku merasa lebih leluasa.
Dengan menganggap Jong Woon hanya sebagai teman biasa
bukan lagi orang yang special dihatiku, kuharap aku bisa bersikap biasa karena
sebelumnya aku sedikit grogi bila didekatnya. Dan sepertinya ini berhasil, kami
kembali akrab meskipun tak seakrab saat sekolah dulu. Kami terkadang saling
berkirim pesan, atau Facebook-an.
***
Aku langsung terdiam, ketika Jong Woon meminta pertolonganku.
Bukan karena merasa tak percaya dia bisa minta tolong padaku, tapi dia minta
tolong untuk mencari info tentang seseorang yang sudah menganggu hubungan dia
dan kekasihnya. Satu fakta yang baru kuketahui bahwa dia sudah memiliki yeojachingu, dan aku masih tak bisa
terima kenyataan ini. Aku ragu untuk menolongnya karena berkaitan dengan yeojachingu-nya, hatiku merasa tak
nyaman dan ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, aku sudah berjanji pada diriku
agar melupakan perasaan yang kumiliki padanya. Akhirnya aku bersedia untuk
menolongnya karena dia temanku, temanku sejak kecil.
Jong Woon memintaku untuk mencari info tentang seorang
namja yang bernama Jang Hyun Seung
karena Hyun Seung juga kuliah di universitas yang sama denganku. Aku mencoba
mengingat seluruh temanku di kampus karena nama itu sudah tak asing
ditelingaku.
“Jang
Hung Seung? Itu bukankah nama adik tingkat kita sewaktu di SMA…?”
“Sepertinya
aku pernah mendengar nama Jang Hyun Seung di kampus kita, tapi aku lupa dia di
Fakultas apa…”
“Kalau
tidak salah, Jang Hyun Seung itu teman satu angkatan dengan kita, tapi beda
Fakultas…”
Otakku jadi makin kacau mendengar berbagai jawaban
teman-temanku saat kutanya “Apakah kenal
dengan orang yang bernama Jang Hyun Seung?” bukannya membantu, jawaban dari
mereka malah membuatku makin bingung. Beberapa hari aku masih kebingungan
mencari orang yang bernama Jang Hyun Seung, meskipun satu angkatan tapi tidak
mudah mencari satu orang diantara ratusan mahasiswa. Setelah hampir seminggu
aku akhirnya ingat bahwa Hyun Seung memang teman satu angkatan tapi berbeda
Fakultas dan kami pernah mengobrol bersama, tapi karena dia sering tak masuk
kuliah membuat aku lupa dngannya. Dengan segera aku meraih handphone ku untuk
menghubungi Jong woon dan memberitahu nya informasi tentang Hyun Seung yang aku
ketahui.
Malam harinya Jong Woon kembali datang kerumahku untuk
menceritakan semua alasan kenapa dia bisa berurusan dengan Hyun Seung dan
kejadian yang menyangkut kekasihnya. Aku senang sekaligus sedih. Senang karena
bisa membantunya dan yang pasti bisa melihatnya lagi, tapi juga merasa sedih.
Entah kenapa hatiku merasa seakan tak rela dia sudah mempunyai kekasih. Tapi,
lagi-lagi aku harus bisa terima bahwa inilah kenyataannya.
Sejak malam itu, kami tak pernah berhubungan dan bertemu
lagi. Hingga beberapa bulan kemudian giliran aku yang meminta tolong padanya.
Aku memintanya untuk membantuku menghadapi seorang fan-ku yang sudah meneror ku
beberapa minggu belakangan ini. Dia pun menyanggupinya. Aku memang tak salah
pilih untuk memilih siapa orang yang pantas untuk ku kagumi dan kusayangi, Kim
Jong Woon memang benar-benar sempurna dimataku. Dia pintar, rajin, bertanggung
jawab, dan bisa diandalkan. Meskipun dia mempunyai yeojachingu tapi di tak ragu untuk menolong teman wanitanya.
Rasa kagum inilah yang membuat aku sulit untuk
melupakannya. Sosok Kim Jong Woon selalu melekat erat di hati dan pikiranku. Bila
ada ungkapan yang mengatakan “Love is Blind” maka sepertinya aku memang sudah buta. Aku tak
mampu melihat cinta yang lainnya selain cintaku padanya, dan aku juga tak bisa
melihat namja lain selain dia. Sudah
banyak namja yang dekat denganku,
tapi satu persatu kutolak karena tak satupun dari mereka yang sempurna seperti
dia dimataku.
Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakannya, aku tak
sanggup. Kenangan tentangnya selalu melintas dipikiranku dan terkadang
bayangannya hadir dalam mimpiku yang membuat aku merindukannya. Rasanya aku
ingin kembali ke saat-saat yang indah dulu, saat kami masih bersama. Saling
mengejek dan menjahili satu sama lain. Tapi, pada saat aku terbangun dari
tidurku aku tersadar bahwa waktu takkan pernah kembali. Karena kemarin adalah
sebuah masa lalu, hari ini adalah kenyataan, dan besok adalah masa depan dan
harapan.
Kemarin adalah masa lalu yang kuanggap sia-sia karena
aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku pada Kim Jong Woon. Sejujurnya aku
hanya ingin dia tahu bahwa aku menyayanginya. Hanya itu, dan aku tak berani
berharap lebih karena itu sudah cukup bagiku. Namun, entah kenapa aku merasa
syaraf di bibirku terputus ketika aku ingin mengatakannya. Keberanianku seakan
hilang seperti debu yang tertiup angin saat aku ingin mengakuinya. Aku tak
cukup kuat untuk menyatakan perasaanku padanya.
Akupun hanya bisa menunggu dan berharap dia datang
kearahku, tapi dia sama sekali tak bergeming malah dia semakin jauh melangkah
dariku. Aku bingung dan tak tau bagaimana lepas dari perasaan yang menjerat
ini. Aku sudah menganggapnya sebagai teman biasa, tapi aku selalu
merindukannya. Aku seperti orang bodoh yang hingga hari ini berharap pada
sesuatu yang hampa.
***
“Shin SolKi… ayo banguun… kau tau sudah jam berapa
ini? Mana ada gadis seusiamu yang belum bangun jam segini... hyaa… cepat bangun
SolKi-ya…” ibuku berteriak membangunkanku dari luar kamar. Aku mengeliatkan
badanku lalu melirik jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kananku
dengan mata setengah tertutup, pukul 06:57 AM. Masih cukup pagi, dan aku
kembali merapatkan kelopak mataku yang masih terasa berat. Aku ingin memejamkan
mataku sebentar lagi, paling tidak untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa nyawaku
yang mungkin masih mencari jalan pulang ketubuhku, sementara itu otakku mulai bekerja
dengan mengingat apa mimpiku tadi malam.
Tapi ibuku tetap ngotot membangunkanku, “Hyaa… SolKi-ya… apa kau masih belum bangun
juga?”
Aku membelalakkan mataku dan memandang lurus kearah
langit-langit kamarku. Bukan suara ibu yang membuatku tiba-tiba terbangun
seperti ini, tapi sebuah ide gila yang entah datang dari mana melintas di
pikiranku. “ini benar-benar gila dan
nekat” tukasku dalam hati. Pagi-pagi begini aku sudah memikirkan tentang
Kim Jong Woon yang sudah lama tak bertemu dengannya. Bagaimana bisa ide gila
itu muncul begitu saja, aku harus mengungkapkan perasaanku pada Kim Jong Woon
pada saat valentine’s day sebulan lagi. Tak hanya itu, bisikan setan di
pikiranku mengatakan bahwa dia juga harus memilih untuk menerima cintaku atau
tidak.
“andwae… aku
tidak akan pernah melakukan hal se-nekat itu…” otakku kembali berfikir
normal dan menolak ide gila itu terutama ide yang kedua. Tapi, hatiku ikut
berbicara.
“Ide ini tak
sepenuhnya gila. Harapanku untuk tetap hidup Selama ini adalah aku ingin
mengungkapkan perasaanku pada Jong Woon. mungkin hari valentine nanti adalah
satu-satunya kesempatan untukku mengakuinya. Aku sudah cukup dewasa, aku baru
saja merayakan ulang tahun ke-20 ku beberapa hari yang lalu. Bila dihitung,
waktu 7 tahun seharusnya bukan periode yang singkat untukku mengumpulkan kekuatan
dan keberanian untuk mengungkapkannya. Sedangkan untuk ide gila yang kedua juga
sepertinya bukan ide yang begitu buruk. Selama ini aku selalu menolak cinta
dari namja yang berusaha mendekatiku, jadi tak ada salahnya bila kali ini aku
yang ditolak. Atau bila aku beruntung, dia akan menerimaku…”
Otakku kembali mempertimbangkan ide-ide konyol itu.
Sepertinya memang bukan ide yang terlalu buruk bagiku. Mungkin saja nanti kami
takkan pernah bisa bertemu lagi untuk jangka waktu yang sangat lama. Meskipun
kedengarannya gila, tapi kalau aku menolak ide ini kapan lagi aku harus
mengungkapkannya. Apa harus kupendam selamanya seorang diri? Jika didunia ini
berlaku yang namanya karma, maka aku akan mengambil karma itu lebih dulu
sebelum karma itu menghampiriku. Karena selama ini secara tak sadar mungkin aku
sudah menyakiti dan melukai hati namja
yang menyukaiku dengan menolak cinta mereka.
Hatiku mulai
bersemangat membayangkan bila ide itu benar-benar kulakukan. Selama kurang
lebih sebulan aku kembali memikir dan menimbang ide-ide gila ini, tekatku sudah
bulat. Aku harus melakukannya, apapun hasilnya nanti aku takkan pernah
menyesalinya. Aku berjanji dalam hatiku, apa bila aku harus ditolak maka aku
takkan menangis karena bagiku sudah tak
ada lagi hal yang harus ditangisi, meskipun sebenarnya aku hanya ingin dia tahu
perasaanku saja. Dan juga aku harus berani berbicara langsung dihadapannya.
Terkadang aku tersenyum geli bila mengingat ide-ide
itu, tapi terkadang hatiku berdebar tak karuan. Pikiranku menjadi kacau. Aahhh…
rasanya aku ingin menghilang saja dari muka bumi ini.
***
Hari ini tanggal 14 febuari 2012. Kuharap persiapan
selama sebulan sudah cukup bagiku untuk memberanikan diri mengungkapkan
perasaanku pada Kim Jong Woon.
Bersama ketiga temanku, aku melangkah masuk ke dalam
Mall dengan perasaan berdebar, rasa gugup ku kembali menyeruak tapi kuusahakan
untuk tetap tenang agar ketiga temanku tak merasa curiga denganku karena tak
ada satu orangpun yang tau dengan ide gila yang ada di otakku ini.
Sesekali aku melirik jam yang melingkar di pergelangan
tanganku, sudah medekati pukul 7.
Kemarin aku menghubungi Jong Woon untuk
datang ke Mall ini dan berjanji bertemu jam 7. Aku sengaja mengajaknya bertemu
di Mall karena saat itu sedang diadakan acara Fasion Show, jadi aku bisa
sedikit terhibur untuk menghilangi rasa gugupku.
Kami berempat berdiri dipinggir pagar di lantai 1
untuk melihat para peserta fasion show yang sedang beraksi di lantai dasar.
“wae, beib?”
tanya Oh Hye Rin yang heran dengan sikap ku yang seperti orang kebingungan.
“ah… aniyo… aku hanya sedang menunggu
seseorang” jawabku sambil melihat disekelilingku.
“nugu ?” Kang
Sora ikut bertanya ketika mendengar jawabanku. Aku tersenyum “Lihat saja nanti
kalau dia sudah datang.”
“apakah seorang namja?”
tanya Hye Rin lagi, aku hanya mengangguk sembari mengalihkan perhatianku kearah
peserta yang sedang tampil diatas panggung.
“Aku haus nih, kita cari minum dulu yuk di
foodcourt..” ajak Sora. Aku dan Hye Rin mengangguk setuju, begitu juga dengan Hyeorin
yang sedari tadi hanya diam. Kami pun beranjak dari tempat itu menuju kelantai
2. Aku melirik jam tanganku lagi, sudah lewat pukul 7. Seharusnya Jong Woon
sudah datang, tapi aku tak melihat dia disela-sela orang banyak yang memenuhi
Mall pada malam Valentine itu. Aku merogoh handphone-ku di dalam tas dan
mencoba menelponnya tapi tak diangkat.
“hyaa.. mana namja yang mau datang itu?” tanya Hye Rin
begitu kami sudah memesan minuman dingin. Aku menggeleng sembari menebarkan
pandangan disekelilingku, berharap aku menemukan sosok yang kucari.
“coba kau hubungi dia…” usul Sora
“sudah, tapi tak diangkat…” ujarku kembali menekan
tombol panggil di handphone-ku.
“memangnya dia siapa,sih? Apakah Lee Jong Hyun?” tanya
Hye Rin yang mulai penasaran.
“bukan…” jawabku sambil menunggu panggilanku di jawab.
Tak berapa lama Jong Woon menjawab telponnya, namun karena suasana yang ramai
aku menjadi tak jelas mendengar suaranya.
Kami menuruni escalator kembali menuju tempat tadi,
tapi Sora malah menyuruh kami ke belakang panggung dilantai dasar karena ia
ingin bertemu dengan Park Sanghyun, kenalannya sekaligus penyelenggara acara
Fasion show tersebut. Aku hanya mengikuti dari belakang dengan pandangan masih
mencari sosok Kim Jong Woon.
Aku kembali menghubungi Kim Jong Woon, tapi tak
diangkat. Kucoba untuk mengulangi nya lagi dan akhirnya diangkat. Dia bilang
sudah di lantai 2, aku segera menengadah dan menemukan sosok yang kucari. Aku
melambaikan tangan, berharap ia melihat aku yang sudah berdiri dilantai dasar.
Akhirnya ia turun kembali.
Kulihat Sora, Hye Rin, dan Hyeorin sudah bersama
Sanghyun, aku pun melangkah menghampiri mereka untuk mengatakan bahwa namja
yang kutunggu sudah datang.
“kukira siapa, ternyata Kim Jong Woon…” komentar Hye
Rin saat aku menunjuk kearah Jong Woon yang sedang menuruni escalator.
“yahh… ternyata orang lama…” Sora ikut berkomentar
begitu melihat Jong Woon. aku hanya tersenyum kecut. Sora kembali berbicara
dengan Sanghyun, sedangkan aku menarik Hye Rin kebelakang dan berbisik padanya
tentang rencanaku hari ini. Ia berteriak dengan rasa tak percaya, Sora yang
mendengar teriakan Hye Rin menjadi penasaran, dan ia juga melakukan hal yang
sama ketika aku memberitahunya.
FLASHBACK END#
Aku memberinya sebuah pilihan dan inilah ide gila
kedua ku yang sudah ku rencanakan sejak awal.
“bila kau terima aku, pegang tangan kananku. Tapi bila
tidak….” Aku merogoh kedalam tasku dan mengambil sesuatu dari dalamnya. “ambil
cokelat di tangan kiriku” sambungku lagi sembari menyodorkan kedua tanganku
dihadapannya. Ia tersenyum.
“sebelumnya aku minta maaf. Aku merasa kita lebih baik
berteman saja. Karena aku sudah memiliki yeojachingu
dan aku tak ingin merusak hubunganku dengannya. Sekali lagi aku minta maaf…”
ujarnya tenang dengan terus menatap mataku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan
terima kasih karena dia sudah memberikanku sebuah kepastian.
“semoga kau bisa menemukan seseorang yang lebih baik
dariku” sambungnya lagi.
Aku hampir tak bisa berkata apa-apa lagi. “kalau
begitu, kau ambil cokelat ini” ujar ku.
Awalnya ia menolak untuk mengambil cokelat itu dari
tangan ku tapi dengan sedikit paksaan akhirnya dengan rasa ragu ia mengambil
cokelat itu.
“terima kasih cokelatnya” ujarnya seraya pamit padaku.
“iya, terima kasih juga” jawabku kaku. Ia tersenyum
padaku dan kemudian berbalik pergi menuju pintu keluar.
Aku membalas senyumnya dan juga segera beranjak pergi
dari tempat itu untuk menyusul ketiga temanku tadi.
Hatiku lega, namun pikiranku sedikit kacau. Untuk
beberapa saat ujung bibirku gemetaran karena senyum yang kupaksakan. Ada
perasaan aneh yang merasuk dihatiku, tapi aku segera menepisnya dan kembali
mengingat janjiku bahwa apapun yang terjadi, aku tak akan menangis. Aku
bersyukur karena ia masih menganggapku sebagai teman.
Aku masih menyunggingkan senyum hingga aku bergabung
kembali bersama teman-temanku yang sedang asik berfoto ria. Sebenarnya masih
banyak kata yang ingin kusampaikan pada Jong Woon, tapi sepertinya kata-kata
itu sudah cukup untuk menggambarkan perasaanku padanya. Aku tulus menyayanginya
tanpa berharap dia akan membalasnya.
Aku tak akan menyesal telah mencintainya, dan semua
yang telah terjadi akan kujadikan pengalaman berharga dalam hidupku. Dari sini
aku memahami, bahwa mencintai tak harus saling memiliki. Meskipun terasa perih
tapi dengan ketulusan hati semuanya akan terlihat indah, dan juga aku bisa
merasakan bagaimana rasanya bila perasaan kita di tolak oleh seorang yang kita
sukai. Mengajarkanku bagaimana menghargai perasaan orang lain dan mensyukuri
apa yang ada.
“shin solki… bagaimana hasilnya?” tanya Hye Rin
penasaran ketika aku menghampiri mereka.
“nanti akan aku ceritakan” jawabku sambil melihat Kang
sora bersama Hyeorin sedang asik berpose didepan kamera.
Based on true story
====================================================================================
Nb: ini adalah FF pertama yang berhasil ku share di facebook aku,
sebenarnya ada beberapa FF ku yang masih tersimpan rapi di folder laptopku tapi
aku ragu (sebenarnya sih ga pede) untuk mem-publish nya. Dan aku (sedikit)
terpaksa mem-publish FF ini karena desakkan (ingat janji) dari miss sloopy
alias @yuan yi. Sekarang numpang di publish di blog nya mas Jeje. Maaf kalau alur nya cepat, dan bahasanya yang aneh. Maaf juga
kalo ceritanya jelek. *bow bareng suami-yeppa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar